Friday, June 1, 2012

Pancasila Dirobek-robek wahabi dan Pedang Arab Saudi

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) Said Aqil Siraj menyatakan sikap, yang terus terang amat menggembirakan bagi umat yang toleran dan cinta damai.

Walaupun Aqil Siraj tidak secara tegas menunjuk organisasi mana, namun Aqil Siraj telah secara jelas dan tegas menyatakan: "Bahwa Pancasila penting ditegakkan apalagi ini keputusan yang telah ditetapkan oleh pendiri bangsa yang mewakili seluruh elemen masyarakat, elemen agama dan elemen golongan, yang menurutnya Pancasila adalah dasar dan falsafah bernegara.". Beliau melanjutkan, "Dengan demikian tidak perlu ada aspirasi untuk mendirikan negara Islam, karena nilai-nilai dan aspirasi Islam telah diejawantahkan dalam Pancasila". Tribunnews, Jumat, 01 Jun 2012.

Ini adalah pernyataan yang jelas, walaupun tidak secara telanjang menginstruksikan pengusutan organisai preman beragama yang seringkali mencatut nama Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Tentu pernyataan Prof. DR. KH Aqil Siraj ini bukan keluar tanpa sebab musabab yang melatarinya. Sebab yang baru saja kita dengar, gerombolan preman mengatasnamakan Ahlu Sunah tengah merencanakan penyerangan Ponpes Darus Sholihin Pimpinan Habib Ali al-Habsyi, ulama sepuh berusia 75 tahun dan menetap sejak tahun 1964 di Jember, dan selama itu beliau berdakwah dan membina masyarakat Puger dengan faham Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Peristiwa itu dimulai pada tanggal 30 Mei 2012 ketika terdengar bisik-bisik dari beberapa oknum yang memprovokasi masyarakat supaya membakar Ponpes Darus Sholihin pada tanggal 7 Juni 2012 lalu. Seperti biasa, motif yang dibawakan adalah isu Sunnah dan Syiah. Padahal, Ponpes Darus Sholihin Puger Kulon Jember adalah menganut faham Sunni Syafii. Baca kronologi lengkapnya disini.

Tapi apa kira-kira yang membutakan begitu rupa mereka yang mengaku sebagai "ulama"? Adakah ini karena bisik-bisik berbisa satu dua "ulama" Albayyinat yang menjadi penasehat dan dan tokoh utamanya, seperti santer terdengar baru-baru ini, dan dalam beberapa tahun terakhir? Ataukah ini lebih karena Al-bayyinat sebenarnya sedang mencoba memainkan ‘kartu Saudi’, berharap aliran fulus Dinasti Saud di Arab Saudi yang kerap ‘membayar mahal’ mereka yang gemar menyesatkan mazhab Islam di luar mazhab resmi kerajaan Saudi Arabia?

Lupa pula kah mereka kalau semua agama Samawi, mau itu Kristen atau Yahudi, punya banyak percabangan dan mazhab termasuk Islam? Jika Al-bayyinat mau pasang badan untuk Ahlussunah, mana kiranya di antara mazhab Kristen yang bakal dia pilih dan izinkah hidup di Indonesia dan mana mazhab Islam yang bakal dinyatakan haram dan bakal diberangus (oleh kelompok Al Bayyinat)?

Di berbagai blog abal-abal model TAKFIRI, seperti voa-islam.com, arrahmah.com, mukminun, suara-islam dan seperjuagannya di sana umat senantiasa disuguhi kue pertikaian mazhab dan agama. Dan itu malah semakin menguatkan kecurigaan umat sebangsa, bahwa banyak dari para penganut agama model TAKFIRI seperti mereka ternyata hanya terpesona oleh wajah belaka, tapi tidak terbuka mata hati dan telinganya. Apakah mereka dengan gegabah telah menganggap bumi Indonesia, milik kerajaan Saudi Arabia?

Maka kali ini semua harus bersepakat dengan Prof. DR. KH Aqil Siraj, untuk menegakkan Pancasila sebagai dasar negara. Satu Bangsa, Yes! Satu Agama, No! Satu Umat, Yes! Satu Aliran, No...! Lawan kamunitas Takfiri !!!!!.
Penjelasan di atas sama persis seperti yang saya alami hidup dalam komunitas pengajian Takfiri NII-DI TII PISWA alias Yayasan Perkumpulan Manunggal Bangsa alias owner Sekolah TK SD Al Ya’lu International Outlook School beberapa tahun silam. [Islam Times/on]
(kompilasi dari berbagai sumber)